Penjara Mesir Yang Allah Abadikan

(pict from google)

Satu-satunya penjara dunia yang diabadikan penyebutannya oleh Allah SWT dalam Al Qur'an adalah penjara Mesir. Dalam bahasa Arab, penjara disebut dengan سجن.  Allah SWT menyinggungnya dalam Al Qur'an sebanyak 10 kali. Sembilan kali Allah sebutkan dalam surat Yusuf dan satu kali dalam surat Asy-Syu'ara.

Tentu Allah punya rahasia dan hikmah yang agung di balik penyebutan ini, agar jadi pelajaran bagi manusia dan menjadi petunjuk bagi mereka yang berakal.

Menyimak cerita tentang penjara Mesir dalam Al Qur'an, kita menemukan dua tokoh utama yang Allah pilihkan. Mereka adalah dua orang manusia istimewa, nabi-Nya Yusuf dan Musa 'alaihimassalam. Kisa mereka berdua kemudian mengabadi, menjadi memoar yang tetap bisa kita baca dan saksikan hingga hari ini.

Di samping pengulangan penyebutan dalam Al Qur'an, realitanya ternyata juga ikut mengalami pengulangan sepanjang peradaban manusia, sampai hari ini.

Pertama kali kita akan temukan dalam surat Yusuf: 25

قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَن يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Wanita itu berkata: “Apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan isterimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan azab yang pedih?” (Qs. Yusuf: 25)

Adalah Zulaikha, istri pembesar Mesir yang jatuh cinta kepada anak angkatnya Yusuf. Ia tidak mampu mengendalikan perasaannya hingga ia nekat menjebak Yusuf untuk mengikuti hasratnya, mengkhianati suaminya. Namun Yusuf segera berlindung kepada Allah dan berlari menuju pintu keluar. Yusuf berhasil mencapai pintu yang sebelumnya sudah ditutup rapat oleh Zulaikha, dan Zulaikha berhasil menarik bajunya dari belakang hingga robek. Namun pada waktu bersamaan suaminya datang membuka pintu dan memergoki apa yang terjadi.

Dalam kondisi ini Yusuf hanyalah seorang anak angkat yang diselamatkan dari sumur dan dibesarkan oleh al-Aziz (pembesar) Mesir. Ia tak punya kuasa untuk membela diri, kecuali Allah sebagai pembelanya, dan ia menyadari hal itu sehingga ia memilih 'berlari' kepada-Nya dari godaan Zulaikha.

Sementara di sisi lain, Zulaikha juga sadar betul siapa dirinya. Ia adalah seorang bangsawan, istri penguasa, punya kekuasaan di istana itu dan tentu saja tak ingin reputasinya hancur di hadapan suaminya dan Yusuf, sang anak angkat. Maka, sifat diktatornya pun muncul. Ia pun mengeluarkan ancaman 'penjara' bagi Yusuf demi melindungi harga dirinya dan membela keinginannya.

Ia pun mengulangi ancamannya di hadapan para wanita Mesir yang baru saja menyadari alasan kuat Zulaikha tertarik pada ketampanan Yusuf hingga tanpa sadar telah melukai jari-jari mereka sendiri.


وَلَئِن لَّمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُوناً مِّنَ الصَّاغِرِين
Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina” (Qs. Yusuf: 32)

Ancaman ini Allah abadikan, dan kemudian menjadi karakter warisan para diktator Mesir sepanjang sejarah. Mereka menggunakan ancaman penjara bagi siapapun yang menentang keinginan dan kepentingannya. Ini tertoreh kuat dalam pola pikir mereka, dan mereka berfikir bahwa dengan ancaman seperti itu mereka akan ditakuti dan ditaati. Dan memang, jiwa-jiwa yang kerdil dan haus akan kehormatan akan ketakutan dengan ancaman ini. Namun tidak berlaku bagi Yusuf, lelaki bergelar as-shiddiq (yang jujur keimanannya pada Allah).


قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ

Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku." (Qs. Yusuf: 33)

Akhirnya orang-orang yang jujur keimanannya pada Allah dan mencintai kehidupan akhirat, lebih memilih dipenjara, daripada ikut dengan segala tipu daya dan kemuliaan duniawi. Inilah Yusuf yang kemudian Allah abadikan dengan gelar as-shiddiq.


Inilah keunikan penjara-penjara Mesir. Sepanjang sejarah hingga hari ini, sebagiaanya dipenuhi oleh orang-orang baik, yang rela dipenjara dan disiksa bukan karena kejahatannya, namun lantaran tak mau ikut dengan penguasanya. Dan ajaibnya lagi para penguasa dan hakim yang menjebloskan para tahanan tersebut mengetahui bahwa yang mereka penjarakan memang tidak bersalah. Mereka tidak mau diatur dan tidak pro dengan kepentingannya. Itu saja.


Tapi inilah barangkali 'kutukan' untuk mereka, lantaran mengabaikan kebenaran dan menjual kebenaran demi setetes gengsi duniawi. Hingga mereka dengan suka rela mewarisi karakter buruk, kediktatoran nenek moyang mereka, para Fir'aun dan kaki tangannya. Wallahu a'lam.

(sumber: Ust. Harun)

Komentar

Postingan Populer