Puisi SANG PANGLIMA

Selarik Puisi yang ditulis dan dibacakan dengan tepat sama halnya dengan anak panah yang melesat ke sasaran tanpa meleset sedikitpun
D.Monica 


Inilah salinan puisi yang disampaikan Panglima Gatot Nurmantyo di Balikpapan, Kalimantan Timur pada 22 Mei 2017

Tapi Bukan Kami Punya

oleh Denny JA         


Sungguh Jaka tak mengerti

Mengapa ia dipanggil polisi

Ia datang sejak pagi

Katanya akan diinterogasi

Dilihatnya Garuda Pancasila

Tertempel di dinding dengan gagah

Terpana dan terdiam si Jaka

Dari mata burung garuda

Ia melihat dirinya

Dari dada burung garuda
Ia melihat desa
Dari kaki burung garuda
Ia melihat kota
Dari kepala burung garuda
Ia melihat Indonesia

Lihatlah hidup di desa

Sangat subur tanahnya

Sangat luas sawahnya

TAPI BUKAN KAMI PUNYA

Lihat padi menguning

Menghiasi bumi sekeliling

Desa yang kaya raya

TAPI BUKAN KAMI PUNYA

Lihatlah hidup di kota

Pasar swalayan tertata

Ramai pasarnya

TAPI BUKAN KAMI PUNYA

Lihatlah aneka barang

Dijual belikan orang

Oh makmurnya

TAPI BUKAN KAMI PUNYA

Jaka terus terpana

Entah mengapa

Menetes air mata

Air mata itu IA YANG PUNYA

..
Masuklah petinggi polisi

Siapkan lakukan interogasi

Kok Jaka menangis?

Padahal ia tidak bengis?

Jaka pemimpin demonstran

Aksinya picu kerusuhan

Harus didalami lagi dan lagi

Apakah ia bagian konspirasi?

Apakah ini awal dari makar?

Jangan sampai aksi membesar?
Mengapa pula isu agama

Dijadikan isu bersama?

Mengapa pula ulama?

Menjadi inspirasi mereka?

Dua jam lamanya

Jaka diwawancara

Kini terpana pak polisi

Direnungkannya lagi dan lagi

Terngiang ucapan Jaka

Kami tak punya sawah

Hanya punya kata

Kami tak punya senjata

Hanya punya suara

Kami tak tamat SMA

Hanya mengerti agama

Tak kenal kami penguasa

Hanya kenal para ulama

Kami tak mengerti

Apa sesungguhnya terjadi

Desa semakin kaya

Tapi semakin banyak saja

Yang BUKAN KAMI PUNYA

Kami hanya kerja

Tapi mengapa semakin susah?

Kami tak boleh diam

Kami harus melawan

Bukan untuk kami

Tapi untuk anak anak kami
..
Pulanglah itu si Jaka

Interogasi cukup sudah

Kini petinggi polisi sendiri

Di hatinya ada yang sepi

Dilihatnya itu burung garuda

Menempel di dinding dengan gagah

Dilihatnya sila ke lima

Keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Kini menangis itu polisi

Cegugukan tiada henti

Dari mulut burung garuda

Terdengar merdu suara

Lagu Leo kristi yang indah

Salam dari Desa

Terdengar nada:

“Katakan padanya padi telah kembang
Tapi BUKAN KAMI PUNYA”



           Di tengah gesekkan yang mengkambing hitamkan kebhinekaan, di tengah luka yang pilu tak berdarah. Di Negeri ini. Negeri tuan bagi para bangsawan. Negeri yang belum kutemukan keadilan bagi seluruh rakyat. Di Negeri yang ku cintai ini. (Alhamdulillah) masih kutemukan yang seperti engkau Sang Panglima. Semoga Allah kukuhkan engkau sampai semua terkendali dan baik-baik saja, dan Semoga Allah kuatkan dan beri keteguhan hati padamu Panglima yang kami hormati, Panglima Gatot Nurmantyo.



           

Komentar

Postingan Populer