Kursi Prioritas!
(pict from google)
Kursi Prioritas! Istilah ini tentu tak asing lagi di telinga atau di mata pengguna jasa transportasi umum. Terutama dan utama para pemenuh "Ibu Kota" [ calon mantan ibu kota (: ]. Kursi Prioritas, sesuai makna dari setiap katanya merupakan kursi yang diprioritaskan untuk kondisi orang tertentu. Pada umumnya kursi ini ditujukan untuk Ibu Hamil, Ibu membawa Bayi/Balita, Orang Tua (Lansia), Penyandang Disabilitas, dan beberapa kondisi tertentu lainnya. Sudahkah tepat sasaran secara maksimal? Sebagai newbie yang sedikit idealis dengan terang saya nyatakan, "Belum!" saya tulis belum ya, bukan tidak.
Why? Pertanyaan ini saya prediksi langsung muncul di benak sahabat semua. Sebagai pengguna jasa transportasi umum (almost everyday), saya adalah saksinya. Bahkan, saya pernah jadi salah satu oknum. (Jangan dihujat dulu ya netizen)!
Kasus 1, Kira-kira pukul 14.00 WIB, KRL menuju Bogor dari Tanah Abang, Weekend. Kondisi: kepadatan stasiun sangat padat, kepadatan KRL sangat-sangat padat. Saya yang berebut gerbong khusus wanita harus mengeluarkan usaha terbaik agar mendapat celah untuk masuk masuk ke gerbong itu. Alhamdulillah saya bisa nyempil. Fakta yang saya temukan adalah: bau keringat (':, Ibu-ibu (lanjut usia) berdiri di antara penumpang lain, sementara kursi prioritas memang sudah difungsikan sesuai fungsinya, tinggallah kursi rebutan (saya ngasih istilahnya sesuai pemahaman saya) dan itupun no space alias full. Mirisnya, banyak yang masih kuat dan muda-muda yang menempati kursi itu. Petugas gerbong sudah memberi arahan di awal untuk menyediakan kursi untuk si Ibu, tapi apa? Tak bergeming, mereka yang duduk tak bergeming. Mungkin karena mereka tertidur pulas, wajah ditutupi masker dengan tas dipangku, ada yang eye catching, plus earphone. Sudah tenggelam dalam mimpi.
Kasus 2, Kira-kira pukul 20.00 WIB, TJ menuju HI dari Blok M, Weekday. Kondisi: Halte tak terlalu ramai, kepadatan TJ Sedang. Saya tak memerlukan effort khusus untuk menaiki Bus/TJ, bahkan saya bisa duduk di kursi yang tersedia, dengan beberapa orang yang masih berdiri. Di tengah perjalanan, saat di halte perhentian Naiklah beberpa orang penumpang, dengan kondisi salah satu penumpang: Ibu-ibu (masih kuat secara fisik, tapi bagi saya tetap ibu2), Niat hati, Saya hendak berdiri tapi saya ditahan sama seorang disamping saya, bukan prioritas katanya. hei-hei (saya mikir, bener juga). Kalaupun harus ada yang berdiri, harusnya mas-mas yang di sebelah sana lebih peka atau mbak-mbak yang kursi duduknya lebih dekat dengan si ibu. Selang satu halte, si ibu tetap berdiri, dan si mas serta si mbak tadi tetap duduk. Berganti tempat jualah saya akhirnya dengan si Ibu. (Saya mengaku sebagai oknum, tapi bolehkah saya membela diri kalau saya sekaligus korban, karena terlalu polos. aih becanda.) Gomenasai.
Kasus 2, Kira-kira pukul 20.00 WIB, TJ menuju HI dari Blok M, Weekday. Kondisi: Halte tak terlalu ramai, kepadatan TJ Sedang. Saya tak memerlukan effort khusus untuk menaiki Bus/TJ, bahkan saya bisa duduk di kursi yang tersedia, dengan beberapa orang yang masih berdiri. Di tengah perjalanan, saat di halte perhentian Naiklah beberpa orang penumpang, dengan kondisi salah satu penumpang: Ibu-ibu (masih kuat secara fisik, tapi bagi saya tetap ibu2), Niat hati, Saya hendak berdiri tapi saya ditahan sama seorang disamping saya, bukan prioritas katanya. hei-hei (saya mikir, bener juga). Kalaupun harus ada yang berdiri, harusnya mas-mas yang di sebelah sana lebih peka atau mbak-mbak yang kursi duduknya lebih dekat dengan si ibu. Selang satu halte, si ibu tetap berdiri, dan si mas serta si mbak tadi tetap duduk. Berganti tempat jualah saya akhirnya dengan si Ibu. (Saya mengaku sebagai oknum, tapi bolehkah saya membela diri kalau saya sekaligus korban, karena terlalu polos. aih becanda.) Gomenasai.
Kasus 3, Kira-kira pukul 10.00 WIB, KRL menuju Depok dari Tanjung Barat, Weekend. Kondisi: Stasiun lengang, Gerbong cukup ramai.Saya memasuki Gerbong khusus wanita bersamaan dengan seorang mbak-mbak dan ternyata beliau tengah mengandung. (Sayapun baru tau setelah si mbaknya bersuara, 'maaf, permisi ada yang hamil'), karena secara fisik tidak terlihat kalau beliau tengah hamil/mengandung.(Wajar, karena kalau usia kandungannya masih muda, perut si calon Ibu belum kelihatan). Tapi apa yang terjadi? Tak satupun yang mau bergerak dari kursinya sahabat, Saya cukup kaget. Apa si mbak mesti bawa surat keterangan dari dokter untuk dikasih kursi? Akhirnya si mbak berjalan ke gerbong selanjutnya (saya ngikutin si mbak), Alhamdulillah ada yang ngalah.
Kasus 4, Kira-kira pukul 13.00 WIB, TJ menuju Tanjung Priok dari Cempaka Mas, Weekend. Kondisi: Halte tidak terlalu ramai, kepadatan TJ padat. Kasus ke-empat ini nggak kalah menariknya, Semua penumpang yang duduk adalah penumpang yang layak mendapat kursi. Namun, di barisan yang berdiri masih ada penumpang yang butuh kursi (lansia). Sementara itu untuk menggapai kursi belakang (yang pada umumnya di isi pria) sangat-sangat padat dan tidak ada ruang gerak. Si mas petugas di TJ pun saya yakin cukup bingung. Alhasil, seorang ibu lainnya mengalah sambil berkata, "saya sudah cukup duduk dari tadi kok, silahkan saja." (kasus ini mungkin sedikit langka, tapi pihak TJ perlu melakukan antisipasi terkait kasus seperti ini ke depannya).
Kira-kira itulah beberapa kasus Kursi Prioritas yang saya hadapi, (sebenarnya sih masih banyak).
Menurut saya, terkadang penumpang yang membutuhkan kursi prioritas nggak ada salahnya meminta kursi duduk, dan yang nggak butuh yuk cobalah mengalah, jangan pura-pura tidur atau mengeluarkan taktik jitu lainnya, (': Coba bayangkan kalau kita, orang tua kita atau saudar/i kita yang berada di kondisi tersebut.. Kalau memang sedang dalam kondisi tertentu juga (sakit, atau gimana) lebih baik sampaikanlah. Biar si mas/mbak petugasnya aja yang repot (emak-emak penumpang lain biar nggak rusuh juga), peace (!)
Kira-kira itulah beberapa kasus Kursi Prioritas yang saya hadapi, (sebenarnya sih masih banyak).
Menurut saya, terkadang penumpang yang membutuhkan kursi prioritas nggak ada salahnya meminta kursi duduk, dan yang nggak butuh yuk cobalah mengalah, jangan pura-pura tidur atau mengeluarkan taktik jitu lainnya, (': Coba bayangkan kalau kita, orang tua kita atau saudar/i kita yang berada di kondisi tersebut.. Kalau memang sedang dalam kondisi tertentu juga (sakit, atau gimana) lebih baik sampaikanlah. Biar si mas/mbak petugasnya aja yang repot (emak-emak penumpang lain biar nggak rusuh juga), peace (!)
Komentar
Posting Komentar