Agar Nasihat tak Melukai
pict: google
Pertama, niat tulus hanya karena Allah SWT. Pemberi nasihat hanya mengharapkan ridha Allah dan balasan di akhirat. Ia menyampaikan nasihat bukan karena ingin mendapatkan keuntungan duniawi, riya (ingin dipuji orang lain) dan sum'ah (menceritakan kebaikannya kepada orang lain).
Kedua, berdasarkan ilmu. Memberi nasihat dengan ilmu merupakan sebuah keharusan dalam arti menguasai materi yang akan dinasihatkan. Tanpa didasari ilmu, bisa jadi seseorang akan menasihati dengan hal-hal yang munkar dan justru melarang yang makruf (baik).
Ketiga, berhias diri dengan akhlak lemah lembut. Pemberi nasihat wajib memiliki akhlak yang lemah lembut dan santun dalam menyampaikan nasihat. Hal ini diperintahkan Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Harun AS saat berdakwah kepada Firaun. ''Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.'' (QS Thaha:44).
Keempat, memilih cara yang tepat. Cara memberi nasihat berbeda-beda sesuai dengan situasi, kondisi dan kepribadian seseorang. Dalam banyak keadaan, manusia justru membutuhkan nasihat melalui keteladanandari seorang figur. Menasihati anak-anak berbeda dengan menasihati orang dewasa.
Kelima, tidak bertujuan mencela atau menyebarkan keburukan.
Keenam, nasihat meliputi urusan agama dan dunia.
Ketujuh, menasihati secara rahasia. face to face (karena menyangkut pribadinya). Kalau urusan pemerintah atau kebijakan untuk masyarakat mungkin beda lagi ya. (Ada rulenya, kita fokus nasehat-menasehati antar sesama).
Kedelapan, si pemberi nasihat wajib bersabar bila orang itu tidak bersedia menerima nasihatnya.
Syekh al-Mishiri, mengingatkan bahwa nasihat yang paling utama adalah nasihat untuk diri sendiri. ''Dia harus menasihati diri sendiri sebelum menasihati orang lain,'' tuturnya. Mereka yang menipu dirinya sendiri, tidak bisa diharapkan dapat menasihati orang lain. Allah SWT mencela orang-orang yang memerintahkan kebaikan kepada orang lain, namun dia sendiri tidak melaksanakannya.
''Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.'' (QS ash Shaff: 2-3).
Nasihat yang disampaikan dengan tulus, papar Syekh al-Mishri, dapat berpengaruh besar terhadap diri seseorang dan mendorongnya untuk melaksanakan nasihat yang diterimanya. Pada akhirnya, nasihat atau wasiat akan menjadi bagian takwa, mengingat kebenaran dan berpikir.
sumber: penulis pribadi dan republika
Tabarakallah ukhtiiiku
BalasHapus